Si
Kancil dan Akal Cerdiknya: Menipu Harimau di Hutan Belantara
Di
tengah hutan belantara yang lebat, di mana sinar matahari hanya sesekali
menembus kanopi daun-daun raksasa, hiduplah seekor kancil kecil yang terkenal
karena kecerdikannya. Namanya Si Kancil. Suara gemericik sungai kecil, kicauan
burung, dan desiran angin yang membawa aroma tanah basah menciptakan suasana
yang tenang. Namun, ketenangan itu sering kali dipecahkan oleh petualangan Si
Kancil yang penuh akal.
Pagi yang cerah di hutan belantara. Si Kancil sedang
berjalan-jalan santai sambil bersiul riang. Langkahnya ringan, matanya
berbinar-binar penuh semangat.
Si Kancil: (bersiul) "La-la-la... Hari ini cuacanya cerah
sekali. Ah, sempurna untuk mencari makan! Aku rasa aku akan mencari buah-buahan
segar di dekat sungai."
Dia melompat-lompat dengan riang, menikmati hangatnya sinar
matahari yang menerobos celah-celah pohon. Tiba-tiba, dari balik semak belukar
yang gelap, muncul seekor Harimau besar dengan sorot mata yang tajam dan
mengintimidasi. Bulu oranye-hitamnya bergerak perlahan, menandakan kesabaran
yang hampir habis.
Harimau: (menggeram)
"Ssst... Akhirnya kutemukan kau, Si Kancil! Sudah lama aku mencarimu. Hari
ini, kau akan menjadi santapanku!"
Si Kancil: (tersentak, lalu tersenyum licik) "Wah, wah,
wah... Jangan buru-buru, Tuan Harimau. Apa salahku sampai kau ingin memakanku?
Bukankah lebih baik kita berteman?"
Harimau: (marah,
suaranya menggelegar) "Berteman? Kau selalu menipu hewan-hewan di hutan
ini! Aku tidak akan tertipu lagi oleh akal licikmu!"
Si Kancil: (berpura-pura ketakutan, matanya berkedip-kedip penuh
kepura-puraan) "Oh, Tuan Harimau, aku hanya seekor kancil kecil. Mana
mungkin aku bisa menipu hewan sehebat dan seperkasa dirimu? Kau adalah raja
hutan yang tak tertandingi!"
Harimau: (sedikit
tersanjung, ekornya bergerak perlahan) "Hmm... Memang aku ini hewan
terkuat di hutan. Tapi kau tetap tidak bisa lolos hari ini!"
Si Kancil: (cepat berpikir, matanya berbinar seperti sedang
merencanakan sesuatu) "Tunggu, Tuan Harimau! Sebenarnya, aku sedang dalam
perjalanan untuk menemui Sang Raja Hutan yang baru. Katanya, dia lebih kuat dan
lebih besar darimu!"
Harimau: (terkejut,
telinganya menegak) "Apa? Raja Hutan yang baru? Tidak mungkin! Akulah raja
hutan ini!"
Si Kancil: (mengangguk serius, seolah-olah membawa kabar penting)
"Benar, Tuan Harimau. Tapi katanya, dia datang dari hutan sebelah dan
ingin menguasai hutan ini. Bahkan, dia bilang, Harimau seperti dirimu tidak ada
apa-apanya dibandingkan dirinya!"
Harimau: (marah,
cakarnya mencengkeram tanah) "Apa? Berani sekali! Bawa aku ke sana! Aku
akan tunjukkan siapa raja hutan yang sebenarnya!"
Si Kancil: (tersenyum licik, sambil melompat-lompat kecil)
"Baiklah, Tuan Harimau. Tapi... dia ada di seberang sungai. Kau harus
berenang untuk menemuinya."
Harimau: (dengan
percaya diri, dada dibusungkan) "Tidak masalah! Aku bisa berenang.
Tunjukkan jalannya!"
Si Kancil dan Harimau pun berjalan menuju sungai. Suara
gemericik air sungai semakin keras terdengar. Udara di sekitar sungai terasa
sejuk, dan bayangan pepohonan besar terpantul di permukaan air yang jernih. Si
Kancil melompat-lompat dengan ringan, sementara Harimau berjalan dengan langkah
berat, penuh kewaspadaan.
Sesampainya di tepi sungai, Si Kancil menunjukkan sebuah
batu besar yang terletak di tengah sungai. Batu itu licin karena lumut dan
terlihat seperti tempat yang sempurna untuk beristirahat.
Si Kancil: (menunjuk ke batu) "Lihat, Tuan Harimau! Itu dia,
Sang Raja Hutan yang baru! Dia sedang beristirahat di atas batu itu."
Harimau: (melihat
ke arah batu, matanya menyipit) "Apa? Itu hanya batu! Kau menipuku lagi,
ya?"
Si Kancil: (berpura-pura ketakutan, suaranya gemetar) "Oh,
tidak, Tuan Harimau! Itu memang dia. Coba kau lihat lebih dekat. Dia sedang
tidur. Kalau kau tidak percaya, coba kau teriak untuk membangunkannya!"
Harimau: (dengan
sombong, ekornya bergerak-gerak) "Baiklah! Aku akan tunjukkan padanya
siapa yang lebih kuat!"
Harimau pun berteriak sekuat tenaga ke arah batu. Suaranya
menggema di seluruh hutan, membuat burung-burung beterbangan ketakutan.
Harimau: "Hai,
Sang Raja Hutan! Bangun! Aku Harimau, raja hutan yang sebenarnya! Lawan
aku!"
Suara Harimau menggema, tetapi tidak ada jawaban. Si Kancil
tersenyum licik, matanya berbinar-binar seperti sedang menikmati kejadian ini.
Si Kancil: (berbisik, sambil menahan tawa) "Tuan Harimau,
mungkin dia tuli. Coba kau dekati dan tunjukkan kekuatanmu!"
Harimau: (marah,
cakarnya mencengkeram tanah) "Baiklah! Aku akan menghajarnya!"
Harimau pun melompat ke sungai dan berenang menuju batu besar
itu. Air sungai yang dingin membuatnya sedikit menggigil, tetapi kemarahannya
mengalahkan segalanya. Sesampainya di sana, dia mencakar batu itu dengan marah.
Harimau: "Rasakan
kekuatanku!"
Tapi, batu itu tentu saja tidak bergerak. Malah, cakar
Harimau terasa sakit karena kerasnya batu.
Harimau: (kesakitan,
wajahnya memerah) "Aduh! Batu ini keras sekali!"
Si Kancil: (tertawa terbahak-bahak dari pinggir sungai, sambil
melompat-lompat kegirangan) "Hahaha! Tuan Harimau, kau memang hebat! Tapi,
kenapa kau mencakar batu? Apa kau tidak tahu kalau itu hanya batu?"
Harimau: (marah
dan malu, suaranya gemuruh) "Kau... kau menipuku lagi, Si Kancil!"
Si Kancil: (masih tertawa, matanya berbinar penuh kemenangan)
"Maaf, Tuan Harimau. Tapi, kau memang terlalu mudah percaya. Sekarang,
selamat berenang! Aku akan pergi dulu!"
Si Kancil pun melompat-lompat pergi, meninggalkan Harimau
yang masih marah dan kebingungan di tengah sungai. Suara tawa Si Kancil masih
terdengar dari kejauhan, sementara Harimau berusaha kembali ke tepi sungai
dengan wajah yang memerah karena malu dan marah.
Sejak saat itu, Harimau semakin berhati-hati dengan Si
Kancil. Namun, Si Kancil tetap terkenal sebagai hewan paling cerdik di hutan
belantara. Cerita tentang akal liciknya pun terus diceritakan dari generasi ke
generasi, menjadi legenda yang tak terlupakan.
Si Kancil: (bersiul riang sambil berjalan, matanya berbinar penuh
kebahagiaan) "La-la-la... Hidup ini indah, asalkan kita punya akal yang
cerdik!"
Dan, hutan pun kembali tenang, dengan Si Kancil yang selalu
siap dengan akal-akal lucu dan cerdiknya.
Selesai.
0 komentar:
Posting Komentar