Sebagai Sarana Ruang Baca Bagi Masyarakat Desa Sriwidadi Dalam Rangka Pengenalan Dan Pelestarian Cerita Dan Legenda Rakyat Yang Masih Hidup Sampai Saat Ini

Selasa, 11 Februari 2025

Si Kancil dan Akal Cerdiknya: Menipu Harimau di Hutan Belantara

 

Si Kancil dan Akal Cerdiknya: Menipu Harimau di Hutan Belantara

Di tengah hutan belantara yang lebat, di mana sinar matahari hanya sesekali menembus kanopi daun-daun raksasa, hiduplah seekor kancil kecil yang terkenal karena kecerdikannya. Namanya Si Kancil. Suara gemericik sungai kecil, kicauan burung, dan desiran angin yang membawa aroma tanah basah menciptakan suasana yang tenang. Namun, ketenangan itu sering kali dipecahkan oleh petualangan Si Kancil yang penuh akal.

Pagi yang cerah di hutan belantara. Si Kancil sedang berjalan-jalan santai sambil bersiul riang. Langkahnya ringan, matanya berbinar-binar penuh semangat.

Si Kancil: (bersiul) "La-la-la... Hari ini cuacanya cerah sekali. Ah, sempurna untuk mencari makan! Aku rasa aku akan mencari buah-buahan segar di dekat sungai."

Dia melompat-lompat dengan riang, menikmati hangatnya sinar matahari yang menerobos celah-celah pohon. Tiba-tiba, dari balik semak belukar yang gelap, muncul seekor Harimau besar dengan sorot mata yang tajam dan mengintimidasi. Bulu oranye-hitamnya bergerak perlahan, menandakan kesabaran yang hampir habis.

Harimau: (menggeram) "Ssst... Akhirnya kutemukan kau, Si Kancil! Sudah lama aku mencarimu. Hari ini, kau akan menjadi santapanku!"

Si Kancil: (tersentak, lalu tersenyum licik) "Wah, wah, wah... Jangan buru-buru, Tuan Harimau. Apa salahku sampai kau ingin memakanku? Bukankah lebih baik kita berteman?"

Harimau: (marah, suaranya menggelegar) "Berteman? Kau selalu menipu hewan-hewan di hutan ini! Aku tidak akan tertipu lagi oleh akal licikmu!"

Si Kancil: (berpura-pura ketakutan, matanya berkedip-kedip penuh kepura-puraan) "Oh, Tuan Harimau, aku hanya seekor kancil kecil. Mana mungkin aku bisa menipu hewan sehebat dan seperkasa dirimu? Kau adalah raja hutan yang tak tertandingi!"

Harimau: (sedikit tersanjung, ekornya bergerak perlahan) "Hmm... Memang aku ini hewan terkuat di hutan. Tapi kau tetap tidak bisa lolos hari ini!"

Si Kancil: (cepat berpikir, matanya berbinar seperti sedang merencanakan sesuatu) "Tunggu, Tuan Harimau! Sebenarnya, aku sedang dalam perjalanan untuk menemui Sang Raja Hutan yang baru. Katanya, dia lebih kuat dan lebih besar darimu!"

Harimau: (terkejut, telinganya menegak) "Apa? Raja Hutan yang baru? Tidak mungkin! Akulah raja hutan ini!"

Si Kancil: (mengangguk serius, seolah-olah membawa kabar penting) "Benar, Tuan Harimau. Tapi katanya, dia datang dari hutan sebelah dan ingin menguasai hutan ini. Bahkan, dia bilang, Harimau seperti dirimu tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya!"

Harimau: (marah, cakarnya mencengkeram tanah) "Apa? Berani sekali! Bawa aku ke sana! Aku akan tunjukkan siapa raja hutan yang sebenarnya!"

Si Kancil: (tersenyum licik, sambil melompat-lompat kecil) "Baiklah, Tuan Harimau. Tapi... dia ada di seberang sungai. Kau harus berenang untuk menemuinya."

Harimau: (dengan percaya diri, dada dibusungkan) "Tidak masalah! Aku bisa berenang. Tunjukkan jalannya!"

Si Kancil dan Harimau pun berjalan menuju sungai. Suara gemericik air sungai semakin keras terdengar. Udara di sekitar sungai terasa sejuk, dan bayangan pepohonan besar terpantul di permukaan air yang jernih. Si Kancil melompat-lompat dengan ringan, sementara Harimau berjalan dengan langkah berat, penuh kewaspadaan.

Sesampainya di tepi sungai, Si Kancil menunjukkan sebuah batu besar yang terletak di tengah sungai. Batu itu licin karena lumut dan terlihat seperti tempat yang sempurna untuk beristirahat.

Si Kancil: (menunjuk ke batu) "Lihat, Tuan Harimau! Itu dia, Sang Raja Hutan yang baru! Dia sedang beristirahat di atas batu itu."

Harimau: (melihat ke arah batu, matanya menyipit) "Apa? Itu hanya batu! Kau menipuku lagi, ya?"

Si Kancil: (berpura-pura ketakutan, suaranya gemetar) "Oh, tidak, Tuan Harimau! Itu memang dia. Coba kau lihat lebih dekat. Dia sedang tidur. Kalau kau tidak percaya, coba kau teriak untuk membangunkannya!"

Harimau: (dengan sombong, ekornya bergerak-gerak) "Baiklah! Aku akan tunjukkan padanya siapa yang lebih kuat!"

Harimau pun berteriak sekuat tenaga ke arah batu. Suaranya menggema di seluruh hutan, membuat burung-burung beterbangan ketakutan.

Harimau: "Hai, Sang Raja Hutan! Bangun! Aku Harimau, raja hutan yang sebenarnya! Lawan aku!"

Suara Harimau menggema, tetapi tidak ada jawaban. Si Kancil tersenyum licik, matanya berbinar-binar seperti sedang menikmati kejadian ini.

Si Kancil: (berbisik, sambil menahan tawa) "Tuan Harimau, mungkin dia tuli. Coba kau dekati dan tunjukkan kekuatanmu!"

Harimau: (marah, cakarnya mencengkeram tanah) "Baiklah! Aku akan menghajarnya!"

Harimau pun melompat ke sungai dan berenang menuju batu besar itu. Air sungai yang dingin membuatnya sedikit menggigil, tetapi kemarahannya mengalahkan segalanya. Sesampainya di sana, dia mencakar batu itu dengan marah.

Harimau: "Rasakan kekuatanku!"

Tapi, batu itu tentu saja tidak bergerak. Malah, cakar Harimau terasa sakit karena kerasnya batu.

Harimau: (kesakitan, wajahnya memerah) "Aduh! Batu ini keras sekali!"

Si Kancil: (tertawa terbahak-bahak dari pinggir sungai, sambil melompat-lompat kegirangan) "Hahaha! Tuan Harimau, kau memang hebat! Tapi, kenapa kau mencakar batu? Apa kau tidak tahu kalau itu hanya batu?"

Harimau: (marah dan malu, suaranya gemuruh) "Kau... kau menipuku lagi, Si Kancil!"

Si Kancil: (masih tertawa, matanya berbinar penuh kemenangan) "Maaf, Tuan Harimau. Tapi, kau memang terlalu mudah percaya. Sekarang, selamat berenang! Aku akan pergi dulu!"

Si Kancil pun melompat-lompat pergi, meninggalkan Harimau yang masih marah dan kebingungan di tengah sungai. Suara tawa Si Kancil masih terdengar dari kejauhan, sementara Harimau berusaha kembali ke tepi sungai dengan wajah yang memerah karena malu dan marah.

 

Sejak saat itu, Harimau semakin berhati-hati dengan Si Kancil. Namun, Si Kancil tetap terkenal sebagai hewan paling cerdik di hutan belantara. Cerita tentang akal liciknya pun terus diceritakan dari generasi ke generasi, menjadi legenda yang tak terlupakan.

Si Kancil: (bersiul riang sambil berjalan, matanya berbinar penuh kebahagiaan) "La-la-la... Hidup ini indah, asalkan kita punya akal yang cerdik!"

Dan, hutan pun kembali tenang, dengan Si Kancil yang selalu siap dengan akal-akal lucu dan cerdiknya.

 

Selesai.

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar