Cerita Ande-Ande Lumut
Rumah Klenting Kuning dan Klenting Biru terletak di tengah desa
yang asri. Rumah itu dikelilingi oleh kebun bunga yang indah, tetapi suasana di
dalam rumah justru dipenuhi dengan keegoisan dan kesombongan. Klenting Kuning
dan Klenting Biru sedang sibuk berdandan di depan cermin besar, sementara Yuyu
Kangkang, adik tiri mereka yang baik hati, sibuk membersihkan rumah.
Klenting Kuning: (sambil
bercermin dan memakai lipstik merah) "Kakak, lihatlah aku! Cantik bukan?
Pasti Ande-Ande Lumut akan langsung jatuh cinta padaku!"
Klenting Biru: (sambil menyisir
rambutnya yang panjang) "Ah, adikku, cantik saja tidak cukup. Kamu harus
pintar seperti aku. Ande-Ande Lumut pasti lebih memilihku!"
Klenting Kuning: (cemberut dan
melipat tangannya) "Hmph! Tapi aku lebih muda dan lebih lincah. Kamu sudah
tua, Kak!"
Klenting Biru: (marah dan
menepis sisirnya) "Tua? Aku masih 25 tahun! Jangan ngomong
sembarangan!"
Yuyu Kangkang, yang sedang menyapu lantai,
mendengar percakapan itu dan tersenyum kecil. Dia tahu bahwa kedua kakak
tirinya selalu bersaing untuk hal-hal yang tidak penting.
Yuyu Kangkang: (lembut dan
penuh kasih) "Kakak-kakak, mungkin kita harus fokus pada sifat baik kita,
bukan hanya kecantikan."
Klenting Kuning dan Klenting Biru: (serempak dan
dengan nada tinggi) "Diamlah, Yuyu! Kamu hanya anak tiri!"
Yuyu Kangkang menghela napas dan kembali ke
pekerjaannya, sementara kedua kakaknya terus berdebat tentang siapa yang lebih
layak untuk Ande-Ande Lumut.
Ketiga gadis itu berjalan menuju desa Ande-Ande Lumut. Jalan
yang mereka lalui dipenuhi dengan pemandangan alam yang indah: sawah hijau,
pepohonan rindang, dan sungai yang jernih. Namun, di tengah perjalanan, mereka
bertemu dengan seorang nenek tua yang terlihat lemah dan membutuhkan bantuan.
Nenek Tua: (dengan suara lemah) "Anak-anak,
bisakah kalian membantu nenek menyeberangi sungai ini?"
Klenting Kuning: (menjauh dan
menutup hidung) "Ah, aku tidak mau bajuku basah! Lagian, nenek ini
bau!"
Klenting Biru: (menyeringai dan
melambaikan tangan) "Iya, nenek. Cari orang lain saja. Kami sedang
buru-buru!"
Yuyu Kangkang: (mendekat dengan
wajah penuh simpati) "Nenek, biar saya bantu nenek menyeberang."
Yuyu Kangkang dengan sabar membantu nenek tua
itu menyeberangi sungai. Dia tidak peduli bahwa bajunya basah atau bahwa dia
harus berhenti sejenak dari perjalanannya. Nenek itu tersenyum dan memberikan
sebuah buah ajaib sebagai hadiah.
Nenek Tua: (tersenyum penuh makna) "Terima
kasih, Nak. Kamu baik hati. Buah ini akan membantumu nanti."
Yuyu Kangkang: (tersenyum dan
menerima buah itu) "Terima kasih, Nenek."
Klenting Kuning dan Klenting Biru hanya
menggelengkan kepala, tidak mengerti mengapa Yuyu Kangkang membuang waktu untuk
membantu nenek tua itu.
Ketika mereka tiba di rumah Ande-Ande Lumut, suasana terasa
sangat berbeda. Rumah itu sederhana tetapi terawat dengan baik, dan Ande-Ande
Lumut sendiri terlihat sangat tampan dengan senyum yang menawan. Klenting
Kuning dan Klenting Biru langsung berusaha menarik perhatiannya, sementara Yuyu
Kangkang berdiri di belakang dengan sikap rendah hati.
Klenting Kuning: (berdandan menor
dan mendekati Ande-Ande Lumut) "Ande-Ande Lumut, lihatlah aku! Aku cantik,
kan?"
Klenting Biru: (menggeser
Klenting Kuning dan tersenyum manis) "Jangan dengarkan dia, Ande-Ande
Lumut. Aku lebih pintar dan cocok untukmu!"
Ande-Ande Lumut: (tersenyum misterius
dan memandang mereka berdua) "Hmm, menarik. Tapi apa kalian punya sifat
baik?"
Klenting Kuning dan Klenting Biru: (bingung dan
saling pandang) "Sifat baik? Tentu saja!"
Yuyu Kangkang, yang berdiri di belakang, hanya
diam dan tersenyum. Ande-Ande Lumut memperhatikannya dan merasa tertarik.
Ande-Ande Lumut: (memanggil Yuyu
Kangkang) "Gadis di belakang, kenapa kamu tidak maju?"
Yuyu Kangkang: (malu-malu dan
mendekat) "Saya hanya ingin melihat saja, Tuan."
Ande-Ande Lumut: (tertarik dan
menatapnya) "Kamu tidak seperti mereka. Kamu terlihat tulus. Apa kamu
punya sesuatu untukku?"
Yuyu Kangkang: (memberikan buah
ajaib yang diterimanya dari nenek tua) "Ini, Tuan. Saya dapatkan dari
seorang nenek tadi."
Ande-Ande Lumut: (tersenyum lebar
dan menerima buah itu) "Terima kasih. Buah ini sangat berharga. Kamu
adalah gadis yang aku cari."
Klenting Kuning dan Klenting Biru terkejut dan marah. Mereka
tidak menyangka bahwa Yuyu Kangkang, yang selama ini mereka anggap remeh,
justru dipilih oleh Ande-Ande Lumut. Wajah mereka memerah karena malu dan
kecewa.
Klenting Kuning: (marah dan
melambaikan tangannya) "Ini tidak adil! Aku lebih cantik darinya!"
Klenting Biru: (kesal dan
mengepalkan tangan) "Iya! Aku lebih pintar!"
Ande-Ande Lumut: (tegas dan
bijaksana) "Kecantikan dan kepintaran tidak ada artinya tanpa ketulusan
dan kebaikan hati. Yuyu Kangkang telah membuktikan itu."
Yuyu Kangkang: (lembut dan
penuh pengertian) "Kakak-kakak, mari kita tetap bersaudara. Kebahagiaan
bukan hanya tentang menang atau kalah."
Klenting Kuning dan Klenting Biru: (diam sejenak,
lalu menunduk) "Kami minta maaf, Yuyu."
Ande-Ande Lumut dan Yuyu Kangkang menikah dalam upacara yang
meriah. Mereka hidup bahagia dan memimpin kerajaan dengan bijaksana. Klenting
Kuning dan Klenting Biru pun belajar untuk menjadi lebih baik dan menghargai
nilai-nilai ketulusan dan kebaikan hati.
Ande-Ande Lumut: (memandang Yuyu
Kangkang dengan penuh kasih) "Kamu adalah pasangan yang sempurna untukku.
Terima kasih telah mengajarkan arti ketulusan."
Yuyu Kangkang: (tersenyum dan
memegang tangan Ande-Ande Lumut) "Dan kamu mengajarkan aku bahwa cinta
sejati ada di hati, bukan di penampilan."
Mereka hidup bahagia selamanya, dan cerita
mereka menjadi legenda yang diceritakan turun-temurun.
Pesan Moral:
Cerita Ande-Ande Lumut mengajarkan kita bahwa ketulusan,
kebaikan hati, dan kesederhanaan adalah nilai-nilai yang lebih berharga
daripada kecantikan atau kepintaran. Selain itu, cerita ini juga menunjukkan
pentingnya belajar dari kesalahan dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Semoga cerita ini menghibur dan menginspirasi!.
0 komentar:
Posting Komentar