Si
kancil Nyolong Timun
Pada
zaman dahulu, di sebuah desa yang subur dan asri, hiduplah seorang petani tua
bernama Pak Tani. Pak Tani dikenal karena kebun timunnya yang sangat luas dan
selalu berbuah lebat. Timun-timun yang ia tanam tidak hanya besar, tetapi juga
sangat segar. Setiap musim panen, hasil timunnya selalu melimpah, dan ia
menjadi salah satu petani terkaya di desa itu. Namun, kebun timun Pak Tani
selalu menjadi sasaran seekor binatang yang sangat licik, yaitu Sikancil.
Sikancil
adalah seekor rusa kecil yang pintar, cepat, dan sangat pandai menyusun
rencana. Meskipun tubuhnya kecil, ia sangat cerdik dan suka sekali dengan timun
segar dari kebun Pak Tani. Sudah beberapa kali, Sikancil berhasil mencuri timun
tanpa tertangkap. Namun, setiap kali ia mencuri, Pak Tani selalu kehilangan
beberapa timunnya dan merasa kesal, meski ia tidak tahu siapa pelakunya.
Pada
suatu hari yang cerah, Sikancil merasa sangat lapar. Ia sudah berjalan jauh dan
belum menemukan makanan yang memuaskan. Begitu tiba di dekat kebun Pak Tani,
aroma timun yang segar langsung tercium oleh hidungnya.
Sikancil (dalam hati): "Wah, timun-timun itu pasti sangat segar. Aku sudah
lama tidak mencicipi timun dari kebun Pak Tani. Aku harus mendapatkan
beberapa."
Sikancil
mulai melangkah pelan-pelan menuju kebun timun Pak Tani. Ia berhati-hati agar
tidak membuat suara. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, ia melompat
masuk ke dalam kebun. Sikancil melihat timun-timun yang tergantung di atas
tanah, hijau segar, dan sangat menggoda.
Sikancil (tersenyum licik): "Ah, ini dia! Aku pasti akan
makan sampai kenyang hari ini!"
Dengan
cepat, Sikancil mulai memetik timun satu per satu dan memasukkannya ke dalam
mulutnya. Ia tidak tahu bahwa Pak Tani sedang berada di dekatnya, bekerja di
ladang padi.
Pak
Tani yang sedang bekerja mendengar suara daun-daun bergerak. Ia menoleh dan
melihat ada yang mencuri timunnya.
Pak Tani (dalam hati): "Hah, itu pasti Sikancil! Dia memang sering mencuri
timunku. Sudah saatnya aku memberinya pelajaran."
Pak
Tani segera kembali ke rumah dan menyiapkan perangkap untuk menangkap Sikancil.
Ia menggali lubang kecil di dekat kebun dan menaruh beberapa timun segar di
sekitarnya, berharap Sikancil akan tergoda dan terperosok ke dalam perangkap.
Tak
lama setelah itu, Sikancil kembali mendekat dengan penuh semangat. Ia melihat
timun-timun yang lebih besar dari biasanya, tergeletak begitu saja di tanah.
Tanpa berpikir panjang, Sikancil mulai mendekati timun-timun tersebut.
Sikancil (berbisik dengan gembira): "Wow, timun-timun ini pasti
sangat enak! Aku akan makan semuanya."
Namun,
saat ia menyentuh salah satu timun, tiba-tiba... PLAAK! Sikancil
terperosok ke dalam perangkap yang sudah disiapkan oleh Pak Tani. Ia terjatuh
ke dalam lubang dan terperangkap.
Sikancil (terkejut dan panik): "Aduh! Kenapa aku tidak
hati-hati? Aku terperosok dalam perangkap Pak Tani! Bagaimana ini?"
Pak
Tani yang sudah tahu bahwa Sikancil akan datang, segera mendekat dengan langkah
tenang. Ia melihat Sikancil yang terperangkap dan merasa sedikit kasihan.
Pak Tani (tersenyum dan mendekat): "Haha, akhirnya kamu
tertangkap juga, Sikancil. Aku sudah lama menunggu kesempatan ini. Jangan
khawatir, aku tidak akan menyakitimu."
Sikancil (meringis dan menatap Pak Tani dengan cemas): "Pak Tani, maafkan aku! Aku tidak
bermaksud mencuri. Aku hanya lapar. Kebunmu penuh dengan timun yang enak-enak,
dan aku... aku tidak bisa menahan diri."
Pak
Tani tertawa pelan dan duduk di samping perangkap.
Pak Tani: "Sikancil, aku tahu kamu sering datang ke kebun ini.
Tapi kamu harus belajar untuk tidak mencuri. Mencuri bukanlah cara yang baik
untuk mendapatkan makanan. Kalau kamu terus seperti ini, suatu saat kamu akan
tertangkap lebih buruk dari ini."
Sikancil (menundukkan kepala dan merasa bersalah): "Benar, Pak Tani. Aku sudah beberapa
kali mencuri timunmu dan seharusnya aku tidak melakukan itu. Aku sangat
menyesal."
Pak
Tani berpikir sejenak. Ia melihat betapa menyesalnya Sikancil dan merasa bahwa
memberi kesempatan kedua adalah hal yang baik.
Pak Tani (menghela napas): "Baiklah, Sikancil. Aku akan melepaskanmu, tetapi
dengan satu syarat. Kamu harus berjanji untuk tidak mencuri lagi dan mencari
makanan dengan cara yang baik. Aku percaya kamu bisa berubah."
Sikancil (dengan wajah penuh harap): "Pak Tani, aku berjanji tidak
akan mencuri lagi. Aku akan mencari makan dengan cara yang lebih jujur."
Pak
Tani kemudian melepaskan Sikancil dari perangkap. Sikancil melompat keluar dan
berdiri dengan penuh rasa terima kasih.
Sikancil (dengan suara tulus): "Terima kasih, Pak Tani! Aku
tidak akan mengecewakanmu. Aku akan berubah dan mencari cara yang baik untuk
mendapatkan makanan."
Pak Tani (tersenyum): "Aku yakin kamu bisa, Sikancil. Tapi ingat, jangan
pernah mencuri lagi. Kejujuran akan selalu membawa kebaikan."
Sejak
hari itu, Sikancil tidak lagi mencuri timun dari kebun Pak Tani. Ia belajar
untuk mencari makan di hutan dan bahkan terkadang datang dengan baik-baik untuk
meminta timun jika ia lapar, dan Pak Tani dengan senang hati memberinya. Mereka
pun hidup berdampingan dengan damai.
Pesan Moral: Kejujuran dan kerja keras lebih penting daripada jalan
pintas yang tidak benar. Setiap orang bisa berubah jika diberi kesempatan
kedua.
0 komentar:
Posting Komentar