Sebagai Sarana Ruang Baca Bagi Masyarakat Desa Sriwidadi Dalam Rangka Pengenalan Dan Pelestarian Cerita Dan Legenda Rakyat Yang Masih Hidup Sampai Saat Ini

Senin, 10 Februari 2025

Si Kancil Nyolong Timun

 

Si kancil Nyolong Timun

Pada zaman dahulu, di sebuah desa yang subur dan asri, hiduplah seorang petani tua bernama Pak Tani. Pak Tani dikenal karena kebun timunnya yang sangat luas dan selalu berbuah lebat. Timun-timun yang ia tanam tidak hanya besar, tetapi juga sangat segar. Setiap musim panen, hasil timunnya selalu melimpah, dan ia menjadi salah satu petani terkaya di desa itu. Namun, kebun timun Pak Tani selalu menjadi sasaran seekor binatang yang sangat licik, yaitu Sikancil.

Sikancil adalah seekor rusa kecil yang pintar, cepat, dan sangat pandai menyusun rencana. Meskipun tubuhnya kecil, ia sangat cerdik dan suka sekali dengan timun segar dari kebun Pak Tani. Sudah beberapa kali, Sikancil berhasil mencuri timun tanpa tertangkap. Namun, setiap kali ia mencuri, Pak Tani selalu kehilangan beberapa timunnya dan merasa kesal, meski ia tidak tahu siapa pelakunya.

Pada suatu hari yang cerah, Sikancil merasa sangat lapar. Ia sudah berjalan jauh dan belum menemukan makanan yang memuaskan. Begitu tiba di dekat kebun Pak Tani, aroma timun yang segar langsung tercium oleh hidungnya.

Sikancil (dalam hati): "Wah, timun-timun itu pasti sangat segar. Aku sudah lama tidak mencicipi timun dari kebun Pak Tani. Aku harus mendapatkan beberapa."

Sikancil mulai melangkah pelan-pelan menuju kebun timun Pak Tani. Ia berhati-hati agar tidak membuat suara. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, ia melompat masuk ke dalam kebun. Sikancil melihat timun-timun yang tergantung di atas tanah, hijau segar, dan sangat menggoda.

Sikancil (tersenyum licik): "Ah, ini dia! Aku pasti akan makan sampai kenyang hari ini!"

Dengan cepat, Sikancil mulai memetik timun satu per satu dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Ia tidak tahu bahwa Pak Tani sedang berada di dekatnya, bekerja di ladang padi.

Pak Tani yang sedang bekerja mendengar suara daun-daun bergerak. Ia menoleh dan melihat ada yang mencuri timunnya.

Pak Tani (dalam hati): "Hah, itu pasti Sikancil! Dia memang sering mencuri timunku. Sudah saatnya aku memberinya pelajaran."

Pak Tani segera kembali ke rumah dan menyiapkan perangkap untuk menangkap Sikancil. Ia menggali lubang kecil di dekat kebun dan menaruh beberapa timun segar di sekitarnya, berharap Sikancil akan tergoda dan terperosok ke dalam perangkap.

Tak lama setelah itu, Sikancil kembali mendekat dengan penuh semangat. Ia melihat timun-timun yang lebih besar dari biasanya, tergeletak begitu saja di tanah. Tanpa berpikir panjang, Sikancil mulai mendekati timun-timun tersebut.

Sikancil (berbisik dengan gembira): "Wow, timun-timun ini pasti sangat enak! Aku akan makan semuanya."

Namun, saat ia menyentuh salah satu timun, tiba-tiba... PLAAK! Sikancil terperosok ke dalam perangkap yang sudah disiapkan oleh Pak Tani. Ia terjatuh ke dalam lubang dan terperangkap.

Sikancil (terkejut dan panik): "Aduh! Kenapa aku tidak hati-hati? Aku terperosok dalam perangkap Pak Tani! Bagaimana ini?"

Pak Tani yang sudah tahu bahwa Sikancil akan datang, segera mendekat dengan langkah tenang. Ia melihat Sikancil yang terperangkap dan merasa sedikit kasihan.

Pak Tani (tersenyum dan mendekat): "Haha, akhirnya kamu tertangkap juga, Sikancil. Aku sudah lama menunggu kesempatan ini. Jangan khawatir, aku tidak akan menyakitimu."

Sikancil (meringis dan menatap Pak Tani dengan cemas): "Pak Tani, maafkan aku! Aku tidak bermaksud mencuri. Aku hanya lapar. Kebunmu penuh dengan timun yang enak-enak, dan aku... aku tidak bisa menahan diri."

Pak Tani tertawa pelan dan duduk di samping perangkap.

Pak Tani: "Sikancil, aku tahu kamu sering datang ke kebun ini. Tapi kamu harus belajar untuk tidak mencuri. Mencuri bukanlah cara yang baik untuk mendapatkan makanan. Kalau kamu terus seperti ini, suatu saat kamu akan tertangkap lebih buruk dari ini."

Sikancil (menundukkan kepala dan merasa bersalah): "Benar, Pak Tani. Aku sudah beberapa kali mencuri timunmu dan seharusnya aku tidak melakukan itu. Aku sangat menyesal."

Pak Tani berpikir sejenak. Ia melihat betapa menyesalnya Sikancil dan merasa bahwa memberi kesempatan kedua adalah hal yang baik.

Pak Tani (menghela napas): "Baiklah, Sikancil. Aku akan melepaskanmu, tetapi dengan satu syarat. Kamu harus berjanji untuk tidak mencuri lagi dan mencari makanan dengan cara yang baik. Aku percaya kamu bisa berubah."

Sikancil (dengan wajah penuh harap): "Pak Tani, aku berjanji tidak akan mencuri lagi. Aku akan mencari makan dengan cara yang lebih jujur."

Pak Tani kemudian melepaskan Sikancil dari perangkap. Sikancil melompat keluar dan berdiri dengan penuh rasa terima kasih.

Sikancil (dengan suara tulus): "Terima kasih, Pak Tani! Aku tidak akan mengecewakanmu. Aku akan berubah dan mencari cara yang baik untuk mendapatkan makanan."

Pak Tani (tersenyum): "Aku yakin kamu bisa, Sikancil. Tapi ingat, jangan pernah mencuri lagi. Kejujuran akan selalu membawa kebaikan."

Sejak hari itu, Sikancil tidak lagi mencuri timun dari kebun Pak Tani. Ia belajar untuk mencari makan di hutan dan bahkan terkadang datang dengan baik-baik untuk meminta timun jika ia lapar, dan Pak Tani dengan senang hati memberinya. Mereka pun hidup berdampingan dengan damai.

Pesan Moral: Kejujuran dan kerja keras lebih penting daripada jalan pintas yang tidak benar. Setiap orang bisa berubah jika diberi kesempatan kedua.

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar