DUA ABU
Kerajaan Gandalika merupakan sebuah negeri
yang teramat indah memesona. Negeri subur makmur, masyarakatnya hidup dengan aman
dan tenteram. Kerajaan ini diperintah oleh seorang raja yang bernama Raja
Baharuddin. Beliau mempunyai istri yang cantik jelita bernama Permaisuri
Salikah.
Raja Baharuddin adalah seorang raja gagah
perkasa. Sahabat maupun musuh-musuh kerajaan sangat menghormatinya. Ayunan
pedangnya membuat hati mereka bergetar hebat. Mata Raja Baharuddin seperti
elang yang menjaga sarang anak-anaknya dari gangguan musuh. Kakinya bagaikan
kijang emas yang menjadi incaran pemburu, kuat, cepat, lincah, dan bergelora
seperti aliran air dari hutan menuju muara.
Salah satu kekurangannya adalah belum
mempunyai keturunan, permaisurinya belum melahirkan putra. Telah lama
Permaisuri Salikah menikah dengan Raja Baharuddin, tetapi mereka masih belum
mempunyai keturunan. Permaisuri menjadi bersedih hati.
Pada suatu malam, Raja Baharuddin terbangun.
Setelah selesai shalat tahajud, beliau berdoa agar diberi putra. Ia duduk
bersujud menahan air mata, mencoba mengingat dosa apa yang pernah diperbuatnya
sehingga Allah menghukumnya. Apapun risiko akan diterimanya agar memiliki
putra.
Dalam doanya, “Wahai Zat Yang Maha Adil, hamba
bersujud dalam air mata memohon belas kasih-Mu. Malangnya nasib hamba-Mu ini
apabila tidak mempunyai keturunan sama sekali. Apakah kekurangan hamba-Mu ini
sehingga Gandalika terancam tidak mempunyai seorang pewaris? Hamba mohon,
sudilah kiranya Engkau memberi putra agar hamba dapat mewariskan kerajaan ini
kepadanya.”
Tiba-tiba, dari semua arah tempat ia berdoa
terdengar satu suara menggelegar, “Aku akan memberimu keturunan. Pergilah kau
ke suatu desa di pinggir hutan dan bagikan kepada warganya sedekah berupa apa
saja. Salah satu dari mereka akan mendoakanmu dan Aku akan mengabulkan doanya.”
Sumber: Abdul Rohim. Hikayat Dua Abu: Cerita
Rakyat dari DKI. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2017
0 komentar:
Posting Komentar